Malang (06/03). Fenomena perundungan di kalangan siswa Indonesia meningkat 50% terjadi di kalangan siswa SMP (FSGI,2023). Fenomena tersebut sebagai acuan SMP BSS untuk peka dan peduli terhadap kasus perundungan yang marak di Indonesia. Oleh karena itu, Sekolah Menengah Pertama Brawijaya Smart School (SMP BSS), menghadirkan program pencegahan dan penangan kekerasan antarteman sebaya bernama Roots. Roots merupakan program UNICEF Indonesia bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, praktisi pendidikan, dan perlindungan anak. Nama Roots sendiri berasal dari kata “roots” yang berarti akar. Akar di sini merupakan akar permasalahan yang ada di sekolah, dalam hal ini adalah perundungan. Program ini dikembangkan untuk mencegah dan menangani kekerasan antarteman sebaya, dengan mewujudkan suasana yang aman dan nyaman di sekolah dengan bantuan siswa sebagai anggota perubahan.
Mengadopsi program yang dikembangkan UNICEF, dicetuskan oleh guru-guru BK dan dipertanggungjawabkan secara penuh oleh kepala sekolah, program ini melibatkan tiga puluh (30) murid terpilih yang disebut sebagai agen perubahan. Agen perubahan dipilih melalui Google Form oleh teman seangkatan. Dari masing-masing angkatan terdapat sepuluh (10) anak yang terpilih. “Mengapa agen diusia SMP? Karena anak SMP adalah fase di mana mereka lebih percaya pada teman dibandingkan dengan orang tua ataupun guru. Jadi harapannya dengan agen yang dipilih oleh siswa sendiri, si ‘agen’ ini mampu untuk membantu temannya,” jelas Bu Nahla selaku narasumber.
Program Roots masuk ke SMP BSS Bulan Juli-Agustus, tapi baru terealisasikan Bulan September dan ditutup di awal Bulan Desember. Diawali dengan terpilihnya anggota Roots yang kemudian dibuka dengan sosialisasi yang diadakan pada 6 November 2023, agen perubahan juga diberi materi sebagai bekal agar dapat menjadi agen yang cerdas dan berkarakter. Mengundang beberapa narasumber yang ahli di bidangnya, kegiatan ini dimulai dengan materi Komunikasi Efektif pada 13/11/2023, kemudian kegiatan “Mengenal Diri Sendiri: Menjelajahi Cara Mengatasi Tekanan Emosional Tanpa Menyakii Diri Sendiri (Self Harm) dalam Rangka Tindakan Pencegahan Sekolah Anti Bullyying” yang dilaksanakan pada 20/11/2023. Berbeda dari pertemuan sebelumnya, kegiatan kali ini diikuti oleh seluruh agen perubahan serta sepuluh (10) siswa perwakilan dari tiap-tiap kelas. Terakhir, materi mengenai Penguatan Peran dan Komitmen Agen Perubahan untuk Mencegah Perundungan dan Kekerasan juga disampaikan pada 30/11/2023 yang menjadi pertemuan terakhir sekaligus penutup.
Berhasil mencapai tujuan yakni melatih para agen agar berani speak up dan melangkah demi menegakkan keadilan, sekolah berharap agen perubahan dapat terus membantu menciptakan lingkungan yang damai di sekolah. Meski terdapat konsekuensi yang mungkin didapat oleh para anggota, sekolah berharap para agen tidak berhenti menyuarakan kebenaran. Program Roots telah sukses menjadi wadah bagi agen perubahan. Berhasil membuat agennya menjadi cerdas dan berkarakter, SMP BSS mendapatkan manfaat dari terbentuknya agen perubahan ini. Meski tidak terpampang secara nyata, lingkungan yang nyaman dan aman perlahan dapat digapai, “Saya harap di next periode agen perubahan Roots ini tetap jalan itu yang pertama. Yang kedua, kita bisa melatih keterampilan-keterampilan komunikasi dan sosial ke agen ini bagaimana caranya mereka bisa menolak, membantu teman, dan menyadarkan para pelaku dan korban biar sekolah kita tuh aman dan nyaman tanpa bully termasuk candak-menyandak,” jelas Bu Nahla. Bu Nahla juga berharap agar ke depannya agen perubahan memiliki program kerja dan visi misi yang lebih baik (Nagiza&Rakha).