Resensi Novel “Ganti Hati” Karya Dahlan Iskan

Identitas Novel

Judul novel                  : Ganti Hati

Pengarang                   : Dahlan Iskan

Penerbit                       : PT. Elex Media Komputindo

Tahun terbit                : 2007

Banyak Halaman         :343 halaman; 32 Sub Bab

Yang menjadi latar belakang Pak Dahlan menulis buku ini adalah kisah beliau melawan penyakit mematikan yaitu kanker liver. Tentu penyakit tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya selain terlahir dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan beliau juga terbiasa dengan gaya hidup orang desa yang cenderung tidak higienis. Hal ini menjadikanya awam akan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi antihepatitis B sejak masih bayi. Selain itu juga disebabkan oleh aktivitas beliau yang luar biasa padat. Kegiatan yang nyaris tanpa henti membuat sistem pertahanan tubuh melemah, serta “membangunkan” virus hepatitis B yang terlelap dalam tubuhnya.

            Kisah ini beralur maju mundur, dibuktikan dengan Beliau memulai cerita dengan ketegangan sebelum operasi transplantasi liver dan disambung dengan kisah masa kecil mengapa ia bisa terjangkit penyakit tersebut.

            Value dari buku ini adalah penulis membawakan kisahnya dengan humor khas ludrukan. Sehingga pembaca tidak terlalu terlarut dalam kesengsaraan perjuangan Pak Dahlan melawan penyakit mematikan yang telah beliau derita bertahun-tahun. Apalagi banyak opini baru yang dapat mengubah sudut pandang. Memperluas cara kita melihat dan hampir disetiap bab membawa pesan moral yang kuat. Memang pesan moral apa saja? Ya., banyak. Beberapa contohnya adalah Pak Dahlan menyelipkan pembelajaran agama dalam proses penulisannya. Beliau juga terkenal dengan ketangguhan kerja kerasnya dalam mencapai sesuatu, ketekunan dan ketabahan melawan kehidupan. Selain itu juga beliau teguh mengatasi krisis listrik yang berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Namun sayang, PLN melakukan tender untuk pembangunan PLTU itu, sehingga Pak Dahlan menggunakan dana PLTU untuk proyek lain yaitu Perkebunan Rakyat. Begitu kukuhnya beliau untuk membangun Indonesia untuk lebih maju. Apalagi beberapa hal positif yang beliau amati dari China, berusahan beliau terapkan di Indonesia.  Hal ini selaras dengan ciri-ciri dari profil pelajar Pancasila (Bertaqwa Kepada Tuhan YME, Mandiri dan Bernalar Kritis) yang tengah digemborkan dan dilaksanakan dalam kurikulum merdeka belajar saat ini.

Beliau juga mengganggap bahwa kemiskinan saja beliau nikmati. Hal ini tersirat dalam kalimat, “Hidup bagi orang miskin harus dijalani apa adanya. Jangankan terkena kanker atau sirosis atau hepatitis. Mati pun dianggap kalau memang sudah garisnya, harus dinikmati apa adanya.” Dan juga kalimatnya yang satu ini, “….. Bahkan, tersenyum pun sudah sedekah. Maka, marilah kita sering tersenyum. Mau dioperasi pun saya tersenyum. Itulah sedekah yang sudah sejak kecil diajarkan dan yang dulu satu-satunya yang mampu kami lakukan”.

Pesan moral atau amanat yang bisa diambil setelah membaca novel ini adalah bila ilmu pengetahuan dan ilmu agama berat sebelah, maka tidak akan pernah menjadi lebih baik dan tidak akan bisa imbang. Artinya itu adalah hal yang buruk!. Jadi ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan ilmu agama, begitupun sebaliknya.

Buku ini sangat banyak memberikan informasi terhadap kemajuan bangsa, karena terselip informasi-informasi yang berkaitan dengan teknologi. Bagaimana kita harus menjiwai pekerjaan, menjalaninya dan mencintai pekerjaan itu dengan sepenuh hati (serendah apapun status pekerjaan itu). Beliau secara tidak langsung menyampaikan bahwa SDM dan SDA di Indoneisa sebenarnya sudah cukup mumpuni, hanya saja teknologinya yang masih tertinggal dan perlu dikembangkan lebih jauh lagi.

Harapan saya sendiri dari novel ini adalah agar kedepanya banyak orang yang tidak menyepelekan masalah kesehatan. Dan bisa membedakan “rendah diri” dan “rendah hati” seperti filosofi yang menjadi landasan Pak Dahlan dalam menggerakan langkahnya, yaitu : “Miskin Bermatabat dan Kaya Bermanfaat”. Dan siapapun yang telah membaca kisah ini, diharapkan mampu menggerakkan dan menuntun Indonesia menjadi lebih baik, karena banyak kisah inspiratif, pengalaman luar biasa, yang bisa menjadi pembelajaran untuk kita meningkatkan kualitas bangsa sendiri.     

Oleh : Nikeisha A / 9D

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *