Pernahkah kalian para Ibu galau memikirkan tentang “nasib” atau masa depan anaknya kelak? Pernahkah kalian para Ibu merasa “gagal” dalam mendidik anak? Pernahkah kalian para Ibu merasa capek mendampingi Ananda belajar secara daring di rumah? Pernahkah kalian para Ibu terbesit pemikiran-pemikiran seperti itu? Pemikiran-pemikiran tersebut tidaklah salah. Pemikiran tersebut muncul sebagai rasa sayangnya Ibu terhadap anak dan keluarga. Namun, pemikiran tersebut harus dihentikan sekarang juga, karena dapat berdampak pada cara Ibu dalam mendidik anak.
Pendidikan utama dan pertama sejatinya memang berasal dari keluarga. Namun, Pendidikan bukan hanya tanggung jawab seorang ibu, melainkan tanggung jawab bersama. Iya bersama antara Ibu dan Bapak. Para Ibu pahamilah hakikatnya mendidik anak adalah ladang ibadah kita nantinya di akhirat.
Tanggung jawab keluarga (Ibu dan Bapak) dalam keluarga dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan
Tanggung jawab dalam hal mendidik dan membina terutama dalam menanamkan dasar-dasar moral dan pembentukan tabiat atau watak anak sejak kecil hingga dewasa. Nah, dalam tanggung jawab ini banyak sekali para Ibu yang merasa galau kalau-kalau nantinya si anak tidak memiliki moral atau berwatak kurang baik. Perlu diingat, bahwa pendidikan moral dan pembentukan watak dipengaruhi oleh perilaku dari orang tua. Dimana si anak akan mengcopy paste segala perilaku orang tua dan akan menerapkanya dalamkehidupanya. So, para Ibu dan Bapak sekali lagi “pendidikan anak” tanggung jawab berdua. - Tanggung jawab kesehatan anak
Tanggung jawab kesehatan berkaitan dengan perkembangan fisik anak sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, tangguh dan pemberani. Orang tua berkewajiban memberi makan dengan memperhatikan kecukupan gizi dan menjaga kesehatan fisik anak. - Tanggung jawab kepribadian dan sosial anak
Tanggung jawab orang tua dalam perkembangan kepribadian dan sosial anak berhubungan dengan menanamkan tentang etika pergaulan dengan sesama. Etika pergaulan perlu diberikan kepada anak sejak kecil, terutama tentang batasan-batasan dalam pergaulan. Karena ketika anak masuk fase remaja dan dewasa, mereka memiliki pandangan dan pengetahuan tentang batasan bergaul dengan lawan jenis.
Hakikat tanggung jawab pendidikan sekali lagi bukan hanya ditangan Ibu. Setiap anggota keluarga memiliki peranan masing-masing. Anak dalam menuju kedewasaannya memerlukan bermacam-macam proses yang diperankan oleh bapak dan ibu dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan wadah yang pertama dan dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengalaman empiris membuktikan bahwa institusi lain di luar keluarga tidak dapat menggantikan seluruhnya peran lembaga bahkan pada institusi non keluarga. Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Dalam hal ini, orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga sesuai sabda Rasulullah SAW:
Ibu jika kamu capek maka rehatlah sejenak, karena tugas besar menunggumu. Kalianlah para Ibu penggerak kehidupan keluarga. Seperti yang dikatakan Rasullah S.A.W.,
“ Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalanya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau do’a anak yang sholeh”. (HR. Muslim).
Dari hadits diatas disebutkan bahwa jika seseorang meninggal dunia maka terputus semua amalan-amalanya di dunia, kecuali tiga hal salah satunya adalah anak yang sholeh/sholehah yang mendoakan orang tuanya.
Seperti yang kita ketahui, anak adalah anugerah dan titipan Allah kepada kita. Sebisa mungkin kita memberikan yang terbaik buat anak. Namun, masa depan mereka bukan kita yang menentukan. Mereka sendirilah yang akan menentukan masa depannya. Misi kita hanya memberikan dasar pendidikan, baik pendidikan moral, pembentukan kepribadian dan pendidikan agama. Jadi kalian para Ibu, jangan khawatir lelahmu kini akan menjadi Lillah dan berkah.