Diary Tahu dan Kotoran Sapi
Amare Amodia Laksita Setiadi Kelas 9C
20 April 2018
“ To all passengers of flight B3702, Thank you for flying with Singapore Air and we wish you a pleasant stay ”,
lampu yang tiba-tiba menyala dan suara seorang wanita dari pengeras suara membangunkanku di dalam burung besi yang telah kutumpangi selama 7 jam. Dengan segera, aku membenahi penglihatanku, mengacak-acak rambutku, dan mulai memasukkan smartphone dan sepasang headset yang sedari awal penerbangan bersandar di leherku.
Aku menyusuri lorong dan menaiki tangga sampai berakhir pada sebuah ruangan besar dengan banyak sekali pelakat berbahasa inggris dan yang bertuliskan huruf-huruf yang walaupun sudah pernah kulihat tapi belum pernah kupelajari sebelumnya, pada bagian tengah ruanngan ini terbaris tali-temali yang berfungsi untuk memisahkan pengantrian yang mengarah pada loket check-out lalu pintu besar yang menampakkan gelapnya jam 3 pagi. Sepi sekali, yang kulihat hanya beberapa petugas yang berjaga di loket dan para penumpang yang keluar bersamaan denganku beberapa menit yang lalu. “ Bandara pada umumnya ”, batinku.
“Ohayou Gozaimasu, welcome to Japan, Sir ”, sapa wanita dibalik loket depanku yang kubalas dengan senyum kecil dan anggukan mantap.
“ May i see your passport, Sir, and while I do, please fill out our questionaire ”, lanjut wanita tersebut sambil menyodorkan sebuah kertas kecil.
Setelah semua urusan dokumen selesai, aku menyeret koperku menuruni tangga lobby sembari mengeratkan bungkusan jaketku,
“ Dek Benny! “, seru sebuah suara yang membuatku bertolah-toleh mencari sumbernya,
“ Tambah keceng saja adekku ini “, ditambah seorang lelaki yang menghampiriku dari arah samping,
“Kang Ari, lama tidak akang menunggu adek?, maaf ya kang hujan di Jakarta lebat sekali memang, pesawat Benny kan jadi delay “,
Kang Ari, kakak kandungku yang sudah lama bersekolah di Jepang karena beasiswa penuh yang didapatnya, kami pun melanjutkan pembicaraan sembari berjalan ke mobil pacar kakakku yang tertidur di kursi sebelah setir,
“ Dek Benny pelan-pelan ya naikin kopernya, biar Akiko enggak bangun “, pesan Akang.
Pertama kalinya, aku menginjakkan kakiku di dataran Jepang, disambut Akang, kekasih cantiknya, dan perubahan gelap yang perlahan menjadi terang oleh cahaya matahari,
Indah, sungguh, sangatlah indah.
Kami pun sampai pada perumahan kecil di atas sebuah bukit yang terpampang gambar bendera Indonesia di bagian tembok sampingnya, “ Kampung Indonesia “, itulah yang tertulis pada palang berbentuk gapura sebelum area perumahannya, tak banyak rumah, jalanan begitu rapi, dan udara yang terasa sangat sejuk, “ Cocok”, senyumku dalam hati,
“ Dek, maaf ya Akang engga ikut angtar masuk, Akang gamungkin tinggal Akiko terlalu jauh, kapan-kapan Akang kesini ya..”,
“ Santai aja kalik, Kang. Terima Kasih sudah dicarikan tempat tinggal, adek cari kerja sendiri bisa kok, Kang “,
“ Adek semangat ya, awal yang baru memang jarang sekali mudah, lupain semua yang dulu, Dek “, Kang Ari berkata sambil melajukan mobil nya menjauhiku, beruntung memang Kang Ari dapat tinggal dengan kekasihnya dan dapat belajar sangat tinggi. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, jauh juga perjalanan mobil tadi, aku berjalan menyusuri trotoar mengikuti arahan Kang Ari, yaitu rumah ujung berwarna putih dengan pintu hitam dan jendela-jendela bulat berselambu merah,
“ Selamat Pagi, baru pindah ya?, saya Andik, bisa panggil Uwak, kayanya situ lebih muda ya? ”, sapa seorang Akang dengan dialek tak asing miliknya, bagaimana tidak?, namanya saja Kampung Indonesia, aku pun ikut memperkenalkan diriku, memang Uwak Andik lebih tua dibandingkan aku yang baru lulusan SMA. Tak perlu waktu lama untuk kita akrab berbicara sampai aku mengundang Uwak Andi ikut masuk ke rumahku, akupun bercerita tentang kisah Akangku yang sangat sempurna dengan adiknya yang lemah tanpa bisa melakukan apapun dan tak diinginkan kedua orang tua nya. Iya, betul, memang itu alasanku pindah ke Jepang dengan uang tabunganku selama bertahun-tahun bekerja paruh waktu dan tambahan uang orang tua ku yang diam-diam kubawa, silahkan mengecap aku jahat ataupun nakal, tetapi akankah ada yang tahan tak pernah dihargai, dikatai tak akan pernah bisa mencapai apapun, dikucilkan karena fisikmu yang krempeng dan tidak tampan, tetapi, aku akan membuktikan kepada orang tua ku, aku bisa dan tak perlu lagi malu memiliki anak seperti ku. Itulah impianku. Setelah selesai bercerita kepada Uwak Andik, terselang beberapa saat keheningan hingga Uwak Andik berkata,
“ Uwak punya ternak dan pabrik tahu, memang bukan pekerjaan yang besar, tetapi untuk sekarang cukup untuk keperluan kamun sehari-hari sekalian menabung, Benny mau? “,
Tanpa basa-basi, aku mengatakan IYA kepada Uwak Andik yang lalu tersenyum dan berkata “Besok kau mulai ya ”, kata Uwak Andik lalu pamit pulang.
29 April 2018
Seminggu berlalu hingga aku terbiasa dengan bau kotoran sapi yang harus kubersihkan dan licinnya air tumpahan tahu yang harus kupindahkan dari kotak pengiriman ke loyang pemotongan. Dari hari pertamaku disini, sekelompok orang lokal selalu menatapku dengan sinis seakan-akan aku telah berbuat dosa yang sangat besar kepada mereka, itulah yang membuatku tak banyak bicara dan tak berani berusaha memiliki keakraban dengan para pekerja yang lain, suatu hari,
“ Hey, you Indonesian?”, tanya seorang pekerja yang juga sering menatapku dengan tak enak,
“ Yes, Benny “, kataku sambil membukukkan badanku untuk berkenalan dengannya,
“ You Moslem ? “, tanyanya dengan sangat dingin, aku hanya menganggukkan kepalaku,
“ YOU MOSLEM WRECK, STAY AWAY FROM US, YOU SHOULD NEVER BE HERE, GET AWAY “, teriaknya sambil berusaha mencekikku, orang-orang yang awalnya hanya melihat berusaha melerai amarah lawaan bicara ku yang tak kumengerti sama sekali, dalam cekikannya, saat orang-orang berusaha melerai kita, aku terdorong jatuh membenturkan kepalaku ke pagar kandang sapi dan tergelicir kedalam sekop penuh kotoran sapi, dan disaat itulah malahan mereka semua tertawa dan bertkata bahwa disitulah memang tempatku. Sepulang kerja, Uwak Andik mendatangi kediamanku, meminta maaf dan bercerita bahwa alasa mereka membenciku ialah karena orang-orang desa masih belum bisa memercayai muslimin karena pengeboman atas nama dakwah islam yang sempat viral di akhir tahun 2017, betu- betul tak benar pemikiran mereka itu, aku mulai menangis dan merasa lelah, masih ada alasanku untuk tak bisa diterima masyarakat. Aku memutuskan untuk berhenti bekerja pada Uwak Andik. Tak ingin aku disamakan dengan sesatnya embel-embel dakwah islam itu.
7 Mei 2018
Aku diterima bekerja di sebuah minimarket kecil setelah aku dapat menguasai beberapa percakapan dasar dalam bahasa Jepang, setelah kejadian di peternakan, aku mulai menyadari, tak hanya para karyawan ternak yang menatapku seperti itu, hampir semua orang seakan ingin mendorong atau menjegalku saat berpapasan. Atasan ku yang sekarang jauh berbeda dengan Uwak Andik yang begitu baik hati, Takio namanya, ia selalu kembali ke tokonnya ini larut malam dalam keadaan mabuk dan mengata-ngataiku dengan sebutan jelek, bodoh, tidak berguna, dan tak jarang bermain tangan apabila aku tak segan menatapnya dengan marah.
18 Juli 2018
2 bulan sudah aku disini. Aku lelah, benar-benar lelah, sulit untuk terbiasa dengan perlakuan orang-orang kepadaku, walaupun dengan dukungan Kang Ari, Akiko, dan Uwak Andi, entah mengapa aku tetap merasa sendiri, tetapi bodohnya aku, merasa seperti orang paling susah di dunia. Malam ini Akiko datang ke rumahku tanpa Kang Ari, dia pun memiliki masalahnya sendiri, karena Akiko sendiri kuliah jurusan bahasa Indonesia, ia pun sangat fasih sudah menjelaskan dengan bahasa yang kugunakan saat pertama kali dalam hidupku berbicara,
“ Saya sayang dengan Ari, sangat. Tapi, saya tau, Ari itu memiliki impian, sudah sejak dulu ia ingin sangat bergabung dengan jajaran PBB untuk menanggulangi penyakit di daerah Afrika, Akang kamu itu dokter yang hebat walaupun klinik nya itu tak seberapa besar. Sekarang, ia memiliki kesempatan untuk berangkat , tetapi ia mengajakku dan aku tak mungkin meninggalkan ibu saya yang sakit keras, ia malah berkata bahwa tidak akan pergi tanpa saya, dan teman-temannya, atasannya, dosennya dahulu merasa bahwa saya ini sangat menahannya dari mimpinya, saya sempat berusaha ingin mengakhiri hubungan kita tetapi Ari meyakinkan bahwa ini bukan salah saya, memang keputusannya untuk tak berangkat, saya tak ingin menahannya, saya tak apa ia tinggal , saya tau dia sayang dan akan kembali pada saya “,
Tak sempat aku menjawabnya, ia menangis dan langsung pamit pulang, mungkin ia hanya perlu meluapkan isi hatinya.
18 Agustus 2018
Tepat sebulan setelah Akiko bercerita kepada saya, kami pun mulai sangat dekat, kami sering bertemu sepulang kerja paru waktu ku, ia sering ke rumahku, kami juga sering hanya sekedar makan bersama. Jujur, saya merasa tidak enak pada Kang Ari, tetapi nyaman rasanya memiliki orang yang bisa kupercaya. Sudah tak sebentar aku tinggal di negara orang lain, rindu pada masakan rumah itu biasa, bukan?. Tabungan saya juga sudah tak terlalu tipis, saya jarang makan dan sangat irit dalam keperluan sehri-hari. Sore itu, saya iseng membuat tahu penyet dengan sambal bawang kecap yang dulu sering Ibuk buat. Sungguh, benar-benar lahap makanku kali ini, aku juga mengantarkan sebagian ke Uwak Andik, dan ia memiliki ide ter terang selama masa hidupku ini, berjualan masakan indonesia khususnya tahu, dengan Uwak Andik sebagai pemasok. Sebenarnya sempat juga saya ragu, takut tidak laris, tetapi Uwak meyakinkan lagi dan lagi, akhirnya saya memutuskan berjualan hanya dengan menitipkan daganganku pada sebuah toko makanan.
30 September 2018
Tidak saya sangka penjualan saya bener-benar berkembang dengan pesat, sekarang saya sudah memiliki toko kecil sendiri, dengan ratusan pembeli seharinya, makanan Indonesia juga bukan sesuatu yang murah didapatkan dan tak sedikit peminatnya.
2 November 2018
Belum pernah saya sebahagia ini, sudah ada 3 cabang tempat makan di ibukota dan lebih dari 20 toko kecil-kecilan di daerah pinggir negara, berawal dari saya yang harus membanting-tulang menambah uang tabungan hingga saya dapat membeli rumah di sebelah saya, membeli mobil, meperbesar klinik Kang Ari,dan membelikan 4 sapi untuk Uwak Andik. Saya juga semakin nyaman dengan Akiko, memang saya tak ada niatan merebutnya dari Kang Ari, saya hanya ingin selalu ada untuknya sebagaimana ia selalu menyemangatiku.
3 November 2018
“ Saya akan menjadi seorang Ibu, bagaimana ini ?, harus bagaimana aku ke Kang Ari? “,
Saya merasakan jantung saya naik ke tenggorokan saya karena debaran kerasa saya, sungguh kaget Akiko membuat saya dengan kabarnya yang sangat tiba-tiba, tetapi saya menyadari sesuatu, ini bisa membuat Kang Ari tak segan meninggalkan Akiko untuk pergi bergabung dengan PBB. Sesuatu yang saya kira walaupun dengan pengorbanan dapat mebahagiakan banyak pihak, jahat sekali memang cara saya.
5 November 2108
Tangis, hanya tangisan deras yang terdengar dari saya hari ini, dan saya yakinkan besok pun begitu, sama seperti besoknya lagi, besok lusa, dan lusa nya lusa. Kang Ari di penjara dengan dugaan menyengaja sebuah kecelakaan yang menewaskan Akiko dan kandungannya. Saya tau, Kang Ari tak mungkin melakukan hal tersebut, tidak mungkin. BENAR-BENAR TIDAK MUNGKIN. Sore ini, saya langsung mendatangi penjara Kang Ari.
“ TEGA KAMU !!!, SAYA INI KAKAK KAMU, KAMU BERMAIN DENGAN PERASAAN KEKASIH SAYA DIBELAKAN G SAYA!!, KAMU TAU SAYA SAYANG AKIKO, TIDAK, TIDAK MUNGKIN AKIKO PERGI, INI SEMUA KARENA KAMU, TEGA KAMU MENYAKITI PERASAAN SAYA!!!!, SAYA MERELAKAN BANYAK HAL DEMI AKIKO, tega sekali kalian..”, Kang Ari mulai menangis seakan nafasnya tertekan jauh kedalam inti bumi. Sakit hati saya melihat Kang Ari, tak kuat saya menahan tangis karena telah menyakiti begitu banyak perasaa, sebegitu cinta nya kah Kang Ari dengan Akiko?,
“ Saya tak mungkin menyakiti Akiko, sekarang saya tak lagi memiliki alasan untuk hidup, ku kira apabila nanti semua sirna, ada kamu, Adek Benny yang selalu Akang sayang, saya salah “, aku melihatnya tepat didepan kepala mataku sendiri , Kang Ari menarik pistol yang dibawa oleh salah satu penjaga, dengan tangisan menderu, ia menarik pelatuknya tepat ke arah dada nya sendiri, darah tergenang sangat banyak, merah, itulah yang kullihat,
“ AKANG!, SAYA TAK PERNAH MENGINGINKAN AKIKO, ITU ANAKMU, ANAK YANG PERGI IALAH MILIKMU, TAK MUNGKIN SAYA MENGAMBIL AKIKO DARI AKANG, KITA HANYA BERTEMAN SELAYAKNYA SEORANG KAKAK MELINDUNGI ADIKNYA, akiko hanya ingin kamu dapat bergabung dengan PBB, itulah cara yang kamu dapatkan agar kamu bisa pergi mengejar impianmu Kang “, aku menjelaskan sembari menangis dan berteriak-teriak, sudah terlambat, Kang Ari sudah bersimbah darah, dengan senyuman ia berkata, “ Kalau begitu, sekarang kami sudah bersama “
8 November 2018
Bagaimana aku bisa hidup dengan darah di kedua tanganku, ini semua salahku, tak pantas aku hidup, sekarang saat aku memiliki semuanya, aku malah tak bisa hidup. Kang, Akiko, Adek minta maaf. Uwak, terima kasih bantuannya selalu. Bapak, Ibuk, maaf tak sempat aku membanggakan kalian, malahan jika kalian tau, aku hanya akan menyayat luka di hati kalian begitu dalam.
Sakit di kedua pergelangan tanganku akan kutahan hingga akhir, tak lama lagi, saya yakin.
Sekian.